Senin, 26 September 2011

Patahnya teori darwin


Sepanjang garis Aborigin tidak bercampur dengan ras lain, ciri mereka akan selalu tetap sama. Tidak masalah berapa lama waktu berlalu, orang-orang ini tidak akan berevolusi dengan cara sedemikian untuk mendapatkan ciri-ciri yang berbeda. Mereka tidak akan mendapatkan tengkorak dengan volume lebih besar atau ciri anatomis lain.
NEANDERTHAL: SATU RAS MANUSIA YANG
BERBEDA DENGAN SEMUA RAS YANG PERNAH HIDUP DALAM SEJARAH TIDAK MENYUSUN SATU PETUNJUK BAGI EVOLUSI!
:
Manusia Neanderthal (Homo neanderthalensis) adalah manusia yang muncul di Eropa 100,000 tahun silam dan tidak lagi ada kira-kira 35,000 tahun silam-atau telah bercampur dengan ras-ras lain manusia. Perbedaan utama antara mereka dan manusia masa kini adalah rangka mereka sedikit lebih padat dan volume rata-rata otak mereka sedikit lebih besar. Temuan-temuan ilmiah memperlihatkan bahwa orang-orang Neanderthal sepenuhnya ras manusia dengan tingkat kecerdasan dan budaya yang tidak berbeda dengan kita. Manusia Cro-Magnion juga satu ras yang dipercaya hidup 30,000 tahun silam. Mereka memiliki tengkorak kubah dan dahi yang lebar. Isi tengkorak
mereka yang 1,600 cc lebih tinggi daripada rata-rata manusia saat ini. Mereka memiliki tonjolan tebal pelipis yang tebal di tengkorak mereka dan memiliki juga tonjolan keras di belakang tengkorak mereka, yang juga merupakan
ciri manusia Neanderthal. Banyak dari perbedaan fisik serupa yang ada antara manusia Cro-Magnon dan Neanderthal juga ada di antara ras-ras manusia masa kini. Sama seperti perbedaan antara orang Amerika dan orang Inuit, atau orang Afrika dan orang Eropa, tidak membuktikan bahwa salah satu mereka lebih unggul daripada yang lain; demikian juga sifat-sifat fisik dari ras-ras punah ini tidak menjadikan mereka primitif atau mirip kera. Ras-ras ini bercampur-baru dengan ras-ras lain atau, untuk suatu alasan yang belum diketahui, meninggalkan panggung sejarah. Namun, tidak mungkin mereka “primitif” atau “setengah kera.” Mereka ada sebagai manusia yang sempurna.struktur tengkorak adalah sepenuhnya alamiah. Beragam spesies ikan juga memiliki beragam bentuk kepala. Misalnya, bentuk kepala trout salmon sangat berbeda dari belut, namun keduanya sama-sama ikan. Serupa itu, ada perbedaan antara struktur tengkorak aneka ras manusia. Ada perbedaan pada struktur dahi, liang mata, tonjolan pelipis dan isi tengkorak antara orang Pigmi dan Inggris, Rusia dan China, Aborigin dan Inuit atau Afrika dan Jepang, Namun, perbedaan-perbedaan ini tidak berarti bahwa satu ras berevolusi dari ras lain atau bahwa ras tertentu adalah “lebih primitif” atau “lebih maju” daripada yang lain. Sepanjang garis Aborigin tidak bercampur dengan ras lain, ciri mereka akan selalu tetap sama. Tidak masalah berapa lama waktu berlalu, orang-orang ini tidak akan berevolusi dengan cara sedemikian untuk mendapatkan ciri-ciri yang berbeda. Mereka tidak akan mendapatkan tengkorak dengan volume lebih besar atau ciri anatomis lain. Misalnya, sebagian pribumi Malaysia yang hidup harus ini memiliki tonjolan pelipis yang besar dan dahi yang tertarik ke belakang-suatu ciri khas bagi tengkorak Homo erectus yang dikatakan para evolusionis “primitif.” Jika pendapat para evolusionis ini benar, maka pribumi Malaysia ini harus memiliki apa yang dikatakan struktur dan penampilan manusia yang belum berkembang, yang baru saja berevolusi dari kera. Akan tetapi, hal ini bagaimana pun tidak terjadi. Fakta bahwa sebagaimana ciri anatomis tengkorak Homo erectus juga terlihat hari ini mengungkapkan bahwa
Homo erectus bukanlah spesies primitif, maupun juga fakta bahwa skenario evolusionis tentang
“pohon keluarga manusia” itu sekadar dusta.

Misalnya, sebagian pribumi Malaysia yang hidup harus ini memiliki tonjolan pelipis yang besar dan dahi yang tertarik ke belakang-suatu ciri khas bagi tengkorak Homo erectus yang dikatakan para evolusionis “primitif.” Jika pendapat para evolusionis ini benar, maka pribumi Malaysia ini harus memiliki apa yang dikatakan struktur dan penampilan manusia yang belum berkembang, yang baru saja berevolusi dari kera. Akan tetapi, hal ini bagaimana pun tidak terjadi. Fakta bahwa sebagaimana ciri anatomis tengkorak Homo erectus juga terlihat hari ini mengungkapkan bahwa Homo erectus bukanlah spesies primitif, maupun juga fakta bahwa skenario evolusionis tentang “pohon keluarga manusia” itu sekadar dusta. Singkatnya, fakta bahwa sebagian ras manusia yang hidup di masa lalu memiliki struktur anatomis yang berbeda bukanlah petunjuk bagi evolusi. Perbedaan anatomis dapat terlihat pada setiap umur, di antara berbagai ras manusia. Tengkorak orang Amerika dan Jepang, Eropa dan Aborigin, Inuit, Afrika atau Pigmi tidaklah sama. Namun, hal ini tidak menyiratkan bahwa salah satu ras ini lebih maju atau lebih primitif daripada ras lainnya.
Jika, ribuan tahun ke depan, seorang ilmuwan menemukan tengkorak seorang Amerika yang tingginya 1,9 meter yang hidup di tahun 2000-an dan memutuskan untuk membandingkannya dengan tengkorak seorang Jepang dengan tinggi 1,6 meter yang juga hidup di abad ke-21, ia akan mengamati banyak perbedaan, ukuran adalah yang pertama.
Jika, berdasarkan pada perbedaan-perbedaan ini, ia menyatakan bahwa orang Amerika lebih maju dalam sebuah proses evolusi khayalan sementara orang Jepang itu sekadar hominid primitif, tafsirannya pasti hauh dari mencerminkan kebenaran.
Lebih lagi, ukuran satu tengkorak bukanlah ukuran kecerdasan atau kecakapan manusia. Banyak orang memiliki tubuh yang tumbuh baik, namun berkemampuan mental terbatas. Di sisi lain, ada banyak orang cerdas yang tubuhnya dan kepalanya lebih kecil daripada orang-orang lain. Mendasarkan pada hanya ukuran, memeringkat tengkorak-tengkorak orang ini ke dalam yang disebut susunan evolusioner akan pastilah tidak bernilai ilmiah, sebab susunan semacam itu tidak mencerminkan fakta. Perbedaan dalam isi tengkorak tidak bermakna apa-apa bagi kecerdasan dan kecakapan, sebagaimana kita ketahui dengan baik.

Tengkorak seseorang yang terlibat dalam kegiatan mental yang sibuk sepanjang hidupnya tidak akan tumbuh. Ia sekadar menjadi lebih mampu secara mental. Kecerdasan berubah tidak menurut isi otak, namun lewat penyusunan neuron dan sinapsis di dalam otak.
Peniruan pada Kera tidak Berarti Kera dapat Berevolusi Menjadi Manusia:
Para Darwinis menyatakan bahwa kemampuan meniru kera adalah bukti bagi persangkaan mereka bahwa kera berevolusi menjadi manusia. Benar, kera mampu meniru gerak tubuh dan perilaku yang mereka lihat. Ketika dilatih agar demikian, mereka dapat membedakan bentuk dan warna benda, dan menanggapi rangsangan secara cerdas. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa mereka berevolusi menjadi manusia seiring dengan waktu. Jika itu kejadiannya, maka semua spesies hewan yang dikenal cerdas-anjing, kucing, kuda-harus diharapkan akan pelan-pelan berevolusi menjadi manusia.

Misalnya, ketika dilatih, beo dapat membedakan bentuk persegi dari lingkaran, merah dari biru, dan dapat menempatkan benda ke tempat yang benar. Lebih jauh, beo memiliki kemampuan berbicara dengan meniru suara manusia, yang tidak bisa dilakukan kera. Dalam hal ini-menurut pernyataan tak masuk akal para Darwinis-beo memiliki peluang lebih besar berevolusi menjadi manusia yang cerdas.

Serigala adalah binatang lain yang dikenal akan kecerdasannya. Menurut logika tanpa dasar dan tidak ilmiah para Darwinis, ukuran tengkorak serigala akan tumbuh pelan-pelan, sesuai dengan kecerdasannya, dan suatu kali, mamalia ini akan berevolusi menjadi suatu spesies yang secerdas dan sesadar manusia. Akan tetapi, alihrupa ini tidak pernah terjadi. Serigala selalu tetap serigala.

Sungguh menakjubkan melihat orang dengan karir akademis bersusah-payah mencoba menjelaskan pernyataan-pernyataan tak masuk akal ini dengan membumbuinya dengan istilah-istiah ilmiah dan kata-kata Latin. Tidak masalah bagaimana kera mengembangkan kemampuan mental dan kecakapan tangannya, atau meniru apa yang dilihatnya di sekitar, hal-hal ini tidak akan membuat mereka suatu hari menjadi manusia. Kera selalu menjadi kera, dan akan tetap demikian. Dan tidak masalah betapa susah-payah para evolusionis berpendapat lain, kebenaran itu nyata: manusia menjadi ada tidak lewat proses evolusioner apapun, namun diciptakan oleh Allah, dengan kecerdasan, kesadaran dan hati nurani yang telah diberikan olehNya. Manusia diciptakan sebagai manusia dan ada sebagai manusia sejak penciptaannya. Inilah kebenaran yang telah ditunjukkan kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan kepada kita.
Cerita Evolusi Manusia Penuh dengan Tipuan:

Sepanjang sejarah geologi, lebih dari 6.000 spesies kera pernah hidup, dan sebagian besar telah punah. Kini, hanya 120 spesies kera masih ada di Bumi. Namun, kira-kira 6.000 spesies kera itu membentuk satu sumber daya yang kaya bagi para evolusionis. Mereka menciptakan suatu skenario evolusi manusia yang cocok dengan maksud-maksud mereka dengan menyusun sebagian tengkorak kera punah ini dan ras manusia dalam suatu urutan, dari yang terkecil ke yang terbesar dan membumbuinya dengan ulasan-ulasan berprasangka. Dengan menggunakan cara-cara ini, mereka mencoba selama bertahun-tahun untuk mendapatkan sokongan bagi teori evolusi dan menipu manusia. Namun, kini mereka harus melihat bahwa metode-metode yang mereka pakai tidak lagi berguna.
Sebagian petunjuk hasil karang-karangan yang digunakan para evolusionis untuk meyakinkan orang-orang lain bahwa skenario evolusi manusia itu benar adalah:
Manusia Piltdown, ditemukan oleh Charles Dawson di tahun 1912 dan yang diduga berumur 500 ribu tahun. Akan tetapi, kira-kira 40 tahun setelah “fosil” ditemukan, para ilmuwan memeriksanya sekali lagi dan mengungkapkan suatu pemalsuan yang mencengangkan. Tengkorak Manusia Piltdown adalah milik manusia yang hidup 500 tahun lalu, dan tulang rahang bawahnya milik kera yang baru mati. Giginya telah sengaja disusun dan disisipkan ke rahang, dan sendi-sendinya diisi agar membuatnya menyerupai milik manusia. Lalu, semua potongan tulang dinodai dengan kalium dikromat untuk memberinya penampakan kuno.
Pada tahun 1922, Henry Fairfield Osborn, direktur Museum Sejarah Alam Amerika, menyatakan bahwa ia telah menemukan satu fosil gigi geraham dari Zaman Pliosen di Nebraska barat dekat Snake Brook. Gigi ini diduga memiliki sifat yang sama dimiliki gigi manusia dan kera, dan berasal dari spesies baru yang dijuluki “Manusia Nebraska.” Berdasarkan pada satu gigi ini, reka ulang kepala dan tubuh manusia Nebraska digambarkan. Lebih lagi, manusia Nebraska bahkan digambarkan bersama seluruh keluarganya! Namun, di tahun 1927, bagian-bagian lain rangka juga ditemukan, dan potongan-potongan yang baru ditemukan ini menunjukkan bahwa gigi itu bukan milik manusia maupun kera, namun milik satu spesies babi liar Amerika yang punah yang disebut Prosthennops.
Ramapithecus diketahui sebagai keyakinan sesat terbesar dan terlama teori evolusi. Nama ini diberikan kepada fosil yang ditemukan di India pada tahun 1932, yang disangka mewakili tahap pertama perpisahan antara manusia dan kera, yang dianggap terjadi 14 juta tahun silam. Fosil ini digunakan sebagai petunjuk kokoh oleh para evolusionis selama sekitar 50 tahun. Akan tetapi, analisis lebih lanjut membuktikan bahwa sifat-sifat gigi Ramapithecus sangat mirip dengan sebagian simpanse masa kini. Misalnya, Theropithecus galada, babon dataran tinggi yang hidup di Ethiopia, memiliki gigi seri dan taring yang relatif kecil dibandingkan dengan kera-kera lainnya yang kini hidup dan wajah kecil seperti Ramapithecus. Di bulan terbitan April 1982 majalah Science, satu tulisan berjudul “Humans lose an early ancestor” (Manusia kehilangan moyang asalnya) mengumumkan bahwa Ramapithecus hanyalah orangutan yang sudah punah.
Di bulan Juli 1984, sebuah fosil rangka yang hampir lengkap dari yang jelas-jelas manusia ditemukan di Danau Turkana, Kenya. Diperkirakan bahwa fosil ini, dijuluki Pemuda Turkana, berumur 12 tahun dan akan sejangkung 1,83 meter saat dewasa. Struktur tegak rangka ini tidak ada bedanya dengan manusia masa kini. Bangun panjang dan tinggi rangka ini sepenuhnya cocok dengan rangka manusia yang saat ini hidup di kawasan tropis dunia. Richard Leakey mengatakan bahwa di masa kini, remaja ini akan tidak mencolok jika berada di kerumunan orang . Karena ditemukan di lapisan yang berumur 1,6 juta tahun, rangka manusia ini digolongkan menurut umurnya sebagai wakil lain Homo erectus. Pemuda Turkana adalah contoh biasa dari tafsiran berprasangka dan berpihak terhadap fosil oleh para evolusionis.
“Lucy” adalah nama yang diberikan kepada fosil yang ditemukan oleh ahli antropologi Donald Johanson di tahun 1974. Banyak evolusionis menyatakan bahwa Lucy adalah bentuk peralihan antara manusia dan apa yang disebut moyang hominidnya. Akan tetapi, analisis lanjutan pada fosil ini mengungkapkan bahwa Lucy hanyalah anggota dari spesies kera yang punah, dikenal sebagai Australopithecus. Ukuran otak Australopithecus mendekati simpanse. Banyak sifat-sifat lain-seperti rincian tengkorak, kedekatan mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang, tangan panjang, dan kaki pendek-menegaskan bahwa mahluk ini tidak berbeda dengan simpanse masa kin. Bahkan panggulnya pun sama dengan simpanse.
Richard Leakey menyajikan tengkorak yang dinamai KNM-ER 1470-yang dikatakannya berumur 2,8 juta tahun-sebagai temuan terbesar dalam sejarah antropologi. Menurutnya, mahluk ini mamalia isi otak kecil seperti Australopithecus, bersama dengan satu wajah yang mirip dengan manusia masa kini, dan adalah rantai yang hilang antara Australopithecus dan manusia. Namun, setelah beberapa saat, disadari orang bahwa wajah mirip manusia dari tengkorak KNM-ER 1470, yang sering muncul di sampul-sampul berkala ilmiah dan majalah ilmiah populer, adalah hasil perakitan tidak benar potongan-potongan tengkorak-”kesalahan” mana mungkin disengaja.
Seperti Anda lihat, tidak ada temuan ilmiah yang mendukung, apalagi menegaskan, teori evolusi; hanya sejumlah ilmuwan yang memercayai membabi-buta. Para ilmuwan ini meyakini mitos evolusi itu sendiri, sekalipun tidak berlandasan ilmiah, dan juga mencoba membuat orang lain memercayai hal yang sama menggunakan bangun pendapat yang menipu dan tafiran berprasangka. Semua kabar tentang apa yang disebut “moyang manusia” dan gambar-gambar yang digunakan dalam kabar-kabar itu sekadar karang-karangan. Petunjuk kokoh telah menghancurkan kisah evolusi manusia.
Dalam halaman-halaman berikut, beberapa contoh dari tak terhitung tengkorak yang membatu disajikan yang membantah teori evolusi. Tengkorak-tengkorak ini adalah di antara petunjuk bahwa tak satu mahluk hidup pun pernah berubah sepanjang sejarah, bahwa tak satu pun telah mengubah diri menjadi spesies lain dan bahwa tiap spesies selalu ada bersama semua ciri yang dimilikinya sejak awal.
Bersama dengan potongan-potongan petunjuk ini, penghalang dan ketiadaan nalar dalam pemikiran para Darwinis disajikan. Misalnya, para Darwinis menyatakan bahwa spesies memerbaiki diri lewat perubahan terus-menerus. Namun, bagaimanakah mereka menjelaskan kelanggengan yang terus tampak dalam semua mahluk hidup? Teori evolusi bahwa manusia semestinya turun dari kera juga harus menjelaskan mengapa spesies-spesies lain tidak mengalami suatu proses alihrupa yang sama dengan semestinya telah dialami si kera khayalan itu.
Para Darwinis tidak memiliki jawaban tentang mengapa beruang tidak memutuskan menjadi berjalan dengan dua kaki pada suatu hari, atau mengapa rubah tidak berevolusi menjadi seorang profesor yang cakap dengan mengembangkan kecerdasannya, atau mengapa seekor panda tidak menjadi seorang pelukis yang menciptakan karya seni yang mengagumkan. Bahan evolusi telah dilukiskan dengan contoh-contoh dan penalaran-penalaran yang bahkan mudah diabaikan anak-anak, sekadar menyatakan ketidaknalaran Darwinisme yang sukar terbayangkan. Darwinisme disajikan seakan itu fakta ilmiah, namun sebenarnya ideologi yang ketidaknalarannya sukar terbayangkan.
Sebagaimana akan Anda lihat, Darwinisme adalah skandal terbesar dalam sejarah, dibangun sepenuhnya di atas dusta, tipuan, serta pernyataan-pernyataan tidak nalar dan tidak masuk akal. Seluruh dunia akan menyaksikan keruntuhan akhir Darwinisme dalam abad ke-21 ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar