Sabtu, 11 Agustus 2012

SBY: Tingkatkan Kesetiakawanan dengan Umat Islam Palestina

KOMPAS/RIZA FATHONIPresiden Susilo Bambang Yudhoyono 
 
 
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan umat Islam di Indonesia meningkatkan kesetiakawanan sosial dan kepedulian terhadap umat Islam di Palestina dan Rohingya di Myanmar yang saat ini tengah mengalami perikehidupan yang berat.
Kepala Negara mengungkapkan hal itu saat memberikan sambutan dalam acara peringatan Nuzulul Quran tingkat nasional di Istana Negara, Selasa (7/8/2012) malam.
"Mari kita tingkatkan sikap sosial kesetiakawanan kita, dan kepedulian kemanusiaan kepada kaum Muslimin yang sedang menjalani kehidupan yang berat di Palestina dan Rohingya di Myanmar dengan itu kita akan menjadi bangsa yang maju, terhormat dan bermartabat," kata Presiden.
Presiden Yudhoyono juga menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al Quran yang utuh, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dan menjauhkan diri dari kejahatan dan kemungkaran.
Al Quran tidak hanya berisi akidah, hikmah dan petunjuk antara yang hak dan batil, tetapi juga luasnya ilmu iptek, kata Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga kembali menyatakan perlunya untuk mengembangkan lima hal yang ia sampaikan sebelumnya dalam buka puasa bersama dengan kalangan pers. Kelima hal tersebut, pertama, perlunya mengembangkan daya pikir dan daya nalar.
Kedua, pengembangan nilai-nilai demokrasi. Ketiga mengembangkan nilai kerukunan, kebersamaan dan toleransi. Keempat patriotisme dan nasionalisme yang positif. Kelima kepatuhan kepada pranata hukum.
Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutannya mengatakan, semangat Al Quran harus memiliki nilai-nilai dalam kehidupan umat.
"Dalam ekspresi keimanan, perlu didukung secara penuh oleh semua komponen bangsa yang semakin maju, modern dan bermartabat," katanya.
Sementara itu, dalam acara tersebut, Presiden Yudhoyono yang hadir tanpa Ibu Negara Ani Yudhoyono, didampingi oleh Wakil Presiden Boediono beserta istrinya Herawati Boediono.
Sedangkan Rektor Universitas Islam negeri maulana Malik Ibrahim, Malang, Imam Suprayogo menjadi penceramah dalam acara tersebut dengan tema Al Quran membangun peradaban.
 
Sumber :
Antara
Editor :
Hindra

Pengungsi Rohingya ke Indonesia Bakal Bertambah

AFP PHOTO/FILES/Munir uz ZAMANSeorang pengungsi perempuan Rohingya menggendong anaknya di sebuah kamp pengungsi tak terdaftar di Kutupalong, Banghladesh, pada September 2009. Bangladesh meminta tiga organisasi kemanusiaan internasional untuk menghentikan layanan bagi para pengungsi Rohingya yang berusaha menyelamatkan diri dari penganiayaan dan penyiksaan di Myanmar, Kamis (2/8/2012).


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Human Right Watch (HRW) Phil Robertson memperkirakan beberapa bulan ke depan akan semakin banyak pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan di Indonesia apabila semakin buruknya situasi di Myanmar.
"Bila keadaan di Arakan tidak mengalami perubahan beberapa bulan ke depan, akan dipastikan semakin banyak perahu Rohingya yang tiba di Indonesia mencari perlindungan," ungkapnya, di kampus Universita Indonesia, Jumat (10/8/2012).
Menurutnya, Pemerintah Indonesia juga wajib untuk menolong para pengungsi Rohingya yang meminta perlindungan. "Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menerima orang Rohingya, menyediakan penampungan sementara, dan pendampingan," paparnya.
Selain itu, Ia pun mengkritik Pemerintah Bangladesh yang dianggap tidak mau menerima kaum Rohingya untuk mencari perlindungan. Bangladesh beralasan tidak memiliki dana untuk menolong para pengungsi Rohingya tersebut. Padahal Bangladesh menerima berbagai bantuan dari berbagai elemen sampai dengan 33 juta dollar AS.
"Pemerintah Bangladesh sama saja dengan pemerintah Myanmar. Pemerintah Bangladesh terus-menerus menyangkal bahwa Perdana Menteri Bangladesh telah memaksa orang Rohingya kembali ke laut," jelasnya.
HRW juga mengharapkan Indonesia untuk mendesak ASEAN agar mau berbicara secara terbuka untuk mengakhiri konflik sektarian di Myammar.
"Terpenting adalah jangan ada standar ganda karena di Indonesia kekerasan sektarian juga terjadi terhadap kelompok minoritas seperti Ahmadiyah," harapnya.
Phil pun menyayangkan tindakan tokoh demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang dianggap tidak berbuat apapun dengan kekerasan yang menimpa kaum Rohingya. "Aung San Suu Kyi melewatkan berbagai kesempatan untuk berbicara mengenai masalah ini," sesal Phil.

Timnas Indonesia Cetak Rekor Ranking FIFA Terendah

Di bawah PSSI pimpinan Djohar Arifin Husein, tim nasional Indonesia kembali mencatatkan rekor. Namun sayang, rekor yang kembali tercipta di tahun 2012 ini bukanlah hal yang dapat dibanggakan.

Seperti yang diketahui, timnas Garuda 'memperbarui' rekor catatan kekalahan terbesar mereka setelah ditumbangkan Bahrain dengan skor 10-0, dalam laga Pra-Piala Dunia pada tanggal 29 Februari 2012 silam.

Dan kali ini, timnas Indonesia kembali memperbarui catatan rekor yang buruk, yaitu ranking FIFA terendah dalam sejarah sepakbola Indonesia. Menurut laman resmi FIFA, Indonesia terlempar ke posisi 159 atau turun enam tangga.

Ranking tersebut menjadi yang terburuk, memperbarui rekor sebelumnya, yaitu peringkat ke-153, yang pernah diduduki Indonesia pada masa ketum PSSI Azwar Anas (1995), Nurdin Halid (2006) dan juga Djohar Arifin Husein (2012).

Dengan demikian, ranking Indonesia di negara-negara Asia Tenggara kembali turun. Setelah sebelumnya, Indonesia berada di bawah Vietnam, Thailand dan Filipina, kali ini Garuda harus rela disalip oleh Malaysia yang berada di posisi 157.

Menpora: Timnas Hanya Boleh Ada Satu

rencana Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) membuat Tim Nasional Indonesia tandingan, ternyata mengusik perhatian Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Andi Mallarangeng.
Rencana terdekat, Timnas proyeksi KPSI tersebut akan diterjunkan dalam ajang Piala AFF di Thailand dan Malaysia 24 November-22 Desember 2012. Tidak tanggung-tanggung, KPSI menunjuk Benny Dollo dan Alfred Riedl untuk menentukan siapa saja pemain yang akan menjadi skuadnya.
Padahal, hal serupa tengah dimatangkan Timnas senior di bawah pimpinan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan menunjuk Nil Maizar sebagai pelatih. Apalagi, Nil Maizar bertekad membawa Ponaryo Astaman dan kawan-kawan, yang berada di grup B, menjadi juara.
"Intinya begini, kalau Timnas mau kuat dan mau menang harus satu. Timnas tidak boleh ada dua," terang Andi kepada para wartawan di kantornya, Kamis petang.
"Pokoknya, Timnas hanya boleh ada satu, tidak boleh ada dua. Cukup ya, saya ingin sholat maghrib dahulu," tegasnya.
Sayangnya, Andi tak merinci lebih jauh apakah pengelolaan Timnas harus bersama-sama atau tetap menjadi hak mutlak PSSI. Pasalnya, pihak KPSI di bawah kendali La Nyalla Mahmud Mattalitti, terus menginginkan supaya pembentukan dan pengelolaan Timnas dilakukan bersama-sama. Terutama, setelah terbitnya MoU antara Satuan Tugas AFC, PSSI dan KPSI.
KPSI sendiri menunjuk Benny Dollo sebagai Direktur Teknik, kemudian Alfred Riedl menjadi pelatihnya. Sedangkan untuk penanggungjawab Timnas, La Nyalla mempercayakannya kepada CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono. Para tim pelatih tersebut, nantinya wajib meminta persetujuan dari Joko terkait pemain yang akan direkrut. (esa/dzi)

Malaga yang Malang

Malag (Getty Images/Denis Doyle)


Masyarakat Andalusia seketika bersukacita setelah Lorenzo Sanz, bekas presiden Real Madrid, berjabat tangan dengan Sheikh Abdullah bin Nasser bin Abdullah Al Ahmed Al Thani — anggota keluarga kerajaan kaya asal Qatar — di depan para wartawan pada Juni 2010. Peristiwa itu menandakan kepemilikan Malaga FC pindah ke tangan Al Thani dengan nilai transaksi yang yang relatif "murah", 36 juta euro.

Sukacita bukan hanya dirasakan fans dan masyarakat Andalusia. Publik Spanyol secara umum melihat upaya mendobrak dominasi abadi Madrid dan Barcelona di kasta La Liga kini bukan lagi fantasi dan untuk sementara bisa diwakili oleh Malaga. Sevilla, Valencia, Atletico Madrid, Athletic Bilbao, dan Villarreal pun secara implisit menyatakan dukungan mereka.

Seperti halnya klub kaya, Malaga langsung memborong para pemain dengan profil tinggi dalam waktu dua tahun. Diantaranya Santi Cazorla, Salomon Rondon, Joris Mathijsen, Julio Baptista, Martin Demichelis, Jeremy Toulalan, dan penyerang gaek Ruud van Nistelrooy. Total 150 juta euro dihabiskan Al Thani untuk mendatangkan mereka, jauh melebihi angka pembelian klubnya sendiri. Untuk mengasuh para pemain itu, pelatih sekaliber Manuel Pellegrini dihadirkan.

Di awal, kerja keras Pellegrini belum terasa. Akhir musim 2010/2011, Malaga hanya menduduki posisi 11. Malaga baru mampu meraih posisi nyaman yang juga pertama kali sepanjang sejarah mengikuti La Liga pada akhir musim 2011/2012 dengan berada di posisi 4 sekaligus meraih tiket ke Liga Champions melalui babak kualifikasi. Situasi ini sepatutnya melegakan bagi Malaga dan pendukungnya.

Namun yang terjadi justru sebaliknya karena Malaga terkena imbas sebuah perkembangan yang lebih penting di belahan Eropa lain. Akhir Mei 2011, Otoritas Investasi Qatar (QIA) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Qatar, Sheikh Sheikh Hamad bin Jassim bin Jaber bin Muhammad Al Thani, memborong 70 persen saham klub Paris Saint Germain (PSG) sekaligus menjadi pemilik baru klub kebanggaan ibukota Prancis tersebut. Pada Maret 2012, QIA resmi menjadi pemilik tunggal PSG setelah mengambil alih pula 30 persen saham tersisa sehingga keseluruhan aktivitas peralihan pemilik itu menghabiskan dana sekitar 100 juta euro.

Sekilas dari permukaan, peristiwa di Malaga dan PSG tidak ada masalah serta bukan sesuatu yang istimewa dalam sebuah kegiatan bisnis (sepak bola). Namun tidak demikian dengan implikasinya di lapangan. Sheikh Abdullah (Malaga) memang bukan anggota QIA, tetapi dia adalah anggota kerajaan dan punya ikatan darah dengan Sheikh Hamad (PSG) meski bukan saudara dekat. Ikatan darah Al Thani inilah yang akan menjadi batu sandungan karena Malaga dan PSG bakal bermain di Liga Champions. UEFA kebetulan memiliki wewenang untuk mendiskualifikasi klub peserta Liga Champions atau Liga Europa yang memiliki ikatan darah antar pemiliknya.

Karena hal tersebut, Sheik Abdullah terpaksa menghentikan aliran dananya ke Malaga dan belakangan sedang mencari investor yang mau mengambil alih klub tersebut. Berhentinya kucuran dana dari Sheikh Abdullah membuat staf dan para pemain Malaga tidak menerima gaji setidaknya tiga bulan atau pada masa-masa akhir kompetisi La Liga musim lalu. Staf yang belum menerima bayaran itu termasuk direktur sepak bola Fernando Hierro serta pelatih Pellegrini. Selain gaji, Malaga juga terpaksa menunggak hutang transfer pemain kepada sejumlah klub seperti Villarreal dan Sevilla. Guna menutup tumpukan hutang, Malaga pun harus melego sebagian bintangnya. Rondon hijrah ke Rubin Kazan dan Cazorla dibeli Arsenal dengan nilai transfer sekitar 20 juta euro.

Sheikh Abdullah memang "terpaksa" menghentikan aliran uangnya ke Malaga. Meski bukan anggota QIA, dia tetap keluarga besar kerajaan Al Thani dan uang yang digunakannya sedikit banyak berasal dari kekayaan keluarga. Ia dan Malaga harus mengalah karena PSG memiliki level lebih baik dalam hal populeritas dan jaminan prestasi. Itu sebabnya PSG dengan lancar melakukan belanja pemain senilai lebih dari 150 juta euro sejak dibeli oleh QIA. Selain mengongkosi PSG, kekayaan dari anggota kerajaan Qatar juga baru saja digunakan membayar sponsorship Qatar Foundations bersama Barcelona senilai 166 juta euro untuk lima tahun ke depan.

Selain itu, Qatar juga tengah membangun fasilitas untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2022 yang membutuhkan biaya besar. Menurut David Conn dari koran The Guardian, pembelian PSG juga memiliki efek strategis yang signifikan bagi perhelatan Piala Dunia 2022. Belum lagi stasiun televisi Timur Tengah, Al-Jazeera, menguasai hak siar kompetisi Liga Prancis Ligue 1. PSG dan Al-Jazzera menjadi saluran siginifikan untuk memancarkan citra dan promosi Qatar untuk Piala Dunia 2022 sejak saat ini.

Dari situasi itu, Malaga jelas berada dalam skala prioritas yang lemah — terutama bila dibandingkan dengan PSG. Pengaruh lainnya, upaya mendongkrak dominasi Madrid dan Barcelona kembali melemah. Sukacita yang dulu dirasakan kini berubah menjadi nestapa. Sungguh situasi yang malang bagi Malaga.